Selasa, 15 November 2016

Penelitian Naskah Al-Quran Tahap II 2016 di Kabupaten Soppeng

Get Adobe Flash player
Photo Gallery by QuickGallery.com


Penelitian tahap kedua di lakukan di kabupaten Soppeng karena adanya informasi bahwa disana juga terdapat Naskah Al-Quran tulisan tangan. Peneliti kemudian melakukan observasi dan seminar di Kantor Wilayah Kabupaten Soppeng yang dihadiri oleh pegawai, masyarakat sekitar, ahli waris naskah, penulis naskah, tokoh masyarakat dan lain-lain.

Penelitian Naskah Al-Quran Tahap I 2014 di Kabupaten Selayar

Get Adobe Flash player
Photo Gallery by QuickGallery.com


Tim Peneliti dari Jurusan Sastra Asia Barat UNHAS melakukan seminar dan observasi di kabupaten Selayar guna mengetahui lebih lanjut tentang seluk beluk Naskah Al-Quran Kuno dan sejarah pernaskahan di Kepulauan Selayar.

Sabtu, 05 November 2016

Sepenggal Cerita Dari Jawa Tengah [Kongres IPNU/IPPNU 2015]



Akhir bulan Desember tahun lalu, bagiku adalah bulan penuh petualangan. Aku bersama dengan beberapa pengurus organisasi pelajar di daerahku, didaulat untuk mengikuti kongres tingkat nasional yang diselenggarakan di salah satu kota yang terletak di Jawa Tengah. Sangat menyenangkan mengetahui bahwa tiket pulang-pergi kami akan ditanggung pemerintah, aku merasa seperti mendapatkan tiket wisata akhir tahun. Bersama dengan rombongan se-provinsi Sulawesi Selatan kami bertolak ke kota Surabaya tepatnya melalui jalur laut dari pelabuhan Soekarno-Hatta, Makassar. Perjalanan memakan waktu kurang lebih 2 hari 2 malam.

Sesampainya di pelabuhan Tanjung Perak, kami melintasi beberapa kabupaten menuju wilayah Jawa Tengah. Bus kami sempat berhenti di salah satu rumah makan tepi jalan raya. Satu pelajaran yang aku dapati selama di Jawa Tengah adalah hampir semua makanan orang Jawa ternyata pedas-pedas semua, kecuali nasi tentu saja. Untung saja, makanannya ditanggung panitia jadi kesempatan itu aku gunakan untuk membeli minuman dingin, lumayan meredakan rasa pedas yang menjalar di mulut.

Perjalanan kami berakhir di Asrama Haji Donohudan. Tim kami terbagi dua, tim IPNU dan tim IPPNU, maka tentu saja asrama kami dipisah. Asrama Haji Donohudan merupakan tempat penginapan peserta sekaligus tempat penyelenggaraan kongres. Kongres berjalan selama sepekan, dipenuhi dengan agenda yang sangat bermanfaat terlebih seminar tiap ba’da dzuhr merupakan favorite peserta, tahu kenapa? Karena semua pembawa materi adalah orang-orang yang hebat dan terkenal dalam pemerintahan, seperti Ibu Hj, Khofifah Indar Parawansa dan masih banyak lagi. Puncak acaranya adalah pemilihan ketua dan wakil ketua IPNU/IPPNU pusat.

Sejujurnya itu adalah kali pertama aku mengikuti sebuah kongres berskala nasional, tidak terhitung banyaknya peserta yang datang dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Sabang sampai Merauke pun ada. Tentu hal ini sangat berharga bagiku dan kawan-kawan rombongan Sulawesi Selatan. Setelah acara selesai, keesokan harinya kami meninggalkan asrama haji dan menginap sehari di salah satu penginapan yang ada di kawasan Malioboro.

Kami menghabiskan waktu seharian untuk mengelilingi kawasan yang terkenal di kota Yogyakarta itu, ada yang hanya sekedar jalan-jalan, mengabadikan moment dengan kamera ponsel, atau membeli soufenir untuk dibawa pulang ke Makassar dan masih banyak lagi. Aku sendiri lebih memilih menghabiskan waktu di pasar malam yang ada di Alun-Alun Keraton Yogyakarta ditemani adik lelakiku dan tante comelku, tentu saja mereka berdua juga adalah peserta kongres.

Keesokan harinya sebelum kami take off, kami menyempatkan waktu untuk berwisata ke Candi Borobudur. Wow, ucapku pertama kali saat melihat bangunan Candi Borobudur tepat berada dihadapanku. Akhirnya aku bisa melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana keindahan satu-satunya situs warisan dunia yang diakui dunia yang dimiliki Indonesia. Kesempatan itu tak aku sia-siakan tentunya, kartu memory 2 GB ludes dipenuhi video dan foto kami selama di kawasan wisata itu.




Sekitar jam 5 sore, kami pulang ke Makassar menggunakan pesawat Lion Air dari bandara Adisucipto Yogyakarta. Pengalaman satu pekan bersama teman-teman pengurus dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan, tak akan terlupakan.

Organisasi pelajar IPNU/IPPNU benar-benar memberikan pelajaran dan pengalaman berorganisasi yang sangat berharga. Terima kasihku yang tulus untuk semua Rekan dan Rekanita senusantara.

“Mekar seribu bunga di taman
Mekar cintaku pada ikatan
Ilmu ku cari amal ku beri
Untuk agama bangsa negeri”
Pelajar Nusantara!
Pelajar Aswaja!

Salam Terkasih. 

Kamis, 03 November 2016

Ghazal, Syair Cinta Yang Kian Terlupakan [Part 2]

Ghazal, Syair Cinta Yang Kian Terlupakan [Part 1]

Setelah mengetahui pengertian, karakteristik, dan sejarah syair ghazal. Lalu bagaimana perkembangan ghazal di Indonesia? Adakah syair ghazal juga sampai di Indonesia?

Berikut penjelasannya ...

E. Sejarah dan Perkembangan Ghazal di Indonesia

Kemunculan ghazal di Indonesia dimulai saat kerajaan Islam pertama di Nusantara yakni kerajaan Samudera Pasai menjalin hubungan perdagangan yang erat dengan bangsa Parsi (Persia). Jejak pengaruh Parsi di kerajaan Samudera Pasai dapat terlihat pada epigraf yang amat menarik di Samudera Pasai berupa sebuah puisi yang di tulis dalam bahasa Parsi. Puisi ini berbentuk ghazal terpahat pada nisan yang terbuat dari batu pualam kepunyaan Na’ina Husam al-Din yang berpulang ke rahmatullah pada tahun 1420 M. Nisannya itu di hiasi dengan ornamen dedaunan dan bunga – bungaan yang amat indah. Puisi yang terukir pada makam itu adalah karya seorang penyair besar Persia yang termasyur yaitu Shaikh Muslih al-Din Sa’di ( 1133-1292 ), lahir di Shiraz dan di kebumikan di Saadiya, Iran.

Sejarah dan perkembangan sastra Indonesia (Nusantara) lama ini sudah dimulai sejak abad ke-16 di zaman Hamzah Fansuri, Nurrudin Arraniri, Syamsuddin-Al Sumatrani, hingga periode para wali di Jawa yang banyak menghasilkan suluk sebagai pengaruh budaya Islam. Namun, di Jawa jauh sebelum Islam masuk pun sudah memiliki karya sastra kakawin yang mendapat pengaruh dari India. Kesusastraan asing yang paling berpengaruh dalam kesusastraan Indonesia lama adalah kesusastraan Arab dan Parsi (Persia) sebagaimana sudah disebutkan di atas. Jejaknya itu dapat kita baca pada naskah-naskah lama yang ditulis dalam aksara Arab Melayu dan tersebar luas hingga ke seluruh wilayah Nusantara.  Karya-karya sastra dari Arab dan Parsi ini sangat banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu serta meninggalkan bentuk hikayat, syair, gazal, rubai, gurindam,  masnawi, dan barzanzi dalam khazanah sastra Indonesia lama.

Adapun ciri-ciri ghazal di Indonesia terdiri atas delapan baris. Tiap baris terdiri atas 20 atau 22 suku kata. Tiap kalimat berkata akhir sama dan berima pada kata yang kedua dari belakang. Isinya masalah kebenaran yang tinggi.

Contoh :

Kekasihku seperti nyawa pun adalah terkasih dan mulia juga
Dan nyawaku pun, mana daripada nyawa itu jauh ia juga
Jika seribu tahun lamanya pun hidup ada sia-sia juga.
Hanya jika pada nyawa itu hampir dengan sedia suka juga
Nyawa itu yang menghidupkan senantiasa nyawa manusia juga.
Dan menghilangkan cintanya pun itu kekasihku yang setia juga
Kekasihku itu yang mengenak hatiku dengan rahasia juga,
Bukhari yang ada serta nyawa itu ialah berbahagia juga

Contoh lainnya :

Maka kusalinlah garis-garis hujan

Ke dalam baris syair, ghazal hujan
Engkau yang riang menyanyikan dingin
mengulang refrain, hingga tinggal hujan
Engkau yang muram mengurung murung
merintih nafas, lalu suara sengal hujan
Diujung setiap gerimis, siulan angin
siapa hati kanak tak mengigal hujan
Buah buah jatuh, lebah kupu meneduh
dalam genang kenang, sepenggal hujan
Jiwaku, ada yang tak pernah basah padamu
sejak berjejal tak terurai dalam sesal hujan


Adapun pada masa modern ini, jenis puisi ghazal sudah berkurang peminatnya dan tidak diberikan perhatian khusus oleh masyarakat. Sedangkan ghazal masih sangat digandrungi dan berkembang pesat di negara tetangga kita yaitu Malaisya. Sehingga masyarakat peminat dan penikmat jenis karya sastra klasik ini mempunyai komunitas yang diberi nama ghazal parti dan ghazal johor.

Berdasarkan penjelasan di atas tradisi berpuisi bangsa Arab mempunyai akar historis yang panjang. Tradisi puisi pada masa jahiliah adalah embrio berkembangnya sastra Arab hususnya genre yang berjenis puisi yang merupakan cerminan orisinilitas pemikiran bangsa arab juga menjadi cerminan kehidupan mereka. Sangat jelas bahwa tradisi berpuisi masyarakat jahiliah terutama syair muallaqot merupakan titik tolak majunya peradaban bangsa arab yang akan maju pesat dan menjadi sumaber peradaban dunia pada abad pertengahan saat bersentuhan dengan islam. Sehingga salah satu sastra Arab berjenis ghazal tersebut sampai ke Indonesia melalui bangsa Parsi/Persia. Ghazal yang mempunyai tema universal yaitu tentang cinta dan wanita dapat selalu ada dalam tiap masa dan berkembang sesuai dengan masa yang dimasukinya. Ghazal yang merupakan salah satu jenis puisi peninggalan Parsi ini seyoyganya dapat terus dikembangkan dan dibudayakan oleh bangsa Indonesia dengan sentuhan nilai keislaman serta jauh dari nilai negative yang selalu melekat pada tema cinta dan wanita yang dimilikinya.

Sumber Rujukan Artikel Bagian 1 dan 2 :

https://adammakarim.wordpress.com/timur-tengah/ 
https://en.wikipedia.org/wiki/Ghazal
http://ghazal-smp2252.blogspot.co.id/2010/09/perkembangan-ghazal.html
http://www.horisononline.or.id/esai/pengaruh-kesusasteraan-asing-dalam-kesusastraan-indonesia.pdf
http://samudra-sastra.blogspot.co.id/2013/01/sejarah-sastra-arab.html

Ghazal, Syair Cinta Yang Kian Terlupakan [Part 1]

Image result for ghazal syair cinta



Kuatnya tradisi bersyair bangsa arab jahiliyah digambarkan oleh Syukri Fhaisol yang mengatakan bahwa syair bangsa Arab hampir menguasai pembendaharaan bentuk ungkapan di berbagai bidang sehingga muncul berbagai macam jenis syair diantaranya adalah al-ghazal atau tasybih. Al-Ghazal atau tasybih adalah jenis puisi yang didalamnya berisi tentang ungkapan cinta bagi sang kekasih biasanya menyebutkan tentang wanita dan kecantikannya serta hal-hal yang berhubungan dengan kisah percintaan mereka. Namun, seiring perkembangan zaman jenis syair ini pun mengalami perubahan. Oleh sebab itu, pemakalah tertarik untuk menjelaskan sejarah dan perkembangan al-ghazal.

A. Pengertian Ghazal

Ghazal adalah salah satu jenis syair yang muncul pada zaman Arab Jahiliyah. Jenis puisi ini berisi tentang ungkapan cinta bagi sang kekasih biasanya menyebutkan tentang wanita dan kecantikannya bahkan tempat tinggalnya atau pun segala sesuatu yang berhubungan dengan kisah percintaan mereka.

B. Karakteristik 

Secara umum ghazal mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Terdiri dari 3 baris atau lebih
2. Berirama/ berqafiyah
3. Bertemakan keindahan wanita, cinta, ataupun nafsu.

C. Tokoh Ghazal 

Umrul Qais dianggap orang pertama yang menciptakan cara menarik perhatian dengan jalan istiqhafus sohby (cara mengajak orang untuk berhenti pada puing runtuhan bekas rumah kekasihnya sekedar untuk mengenangkan masa cinta). Memang cara ini sangat menarik sekali bila digunakan dalam syair ghazal (merayu wanita) dan cara seperti ini adalah suatu cara yang amat disenangi para penyair Arab dalam membuka setiap Qashidahnya untuk perhatian orang.

Umrul Qais juga dianggap sebagai seorang penyair pertama dalam mensiasati kecantikan seorang wanita dengan mengumpamakannya dengan seekor kijang yang panjang lehernya, karena wanita yang panjang lehernya menandakan sebagai seorang wanita yang cantik.

D. Perkembangan Ghazal

1. Zaman Arab Jahiliyah

Pada zaman Jahiliyah ada 8 tema puisi yang digunakan, salah satunya adalah ghazal. Pada jahiliyah puisi ini banyak bertemakan tentang wanita. Pada puisi ini yang digambarkan pada seorang wanita adalah wajah, rambut, mata, tubuh, dan bagian lain yang merupakan suatu keindahan dari wanita tersebut. Diantara penyair ghazal pada zaman ini adalah Umrul Qais yang menggambarkan kecantikan seorang wanita yakni kekasihnya Unaizah.





فلما أجزنا ساحة الحى وانتحى       #            بنا بطن خبت زي حقاف عقنقل
هصرت بفودى رأسها فتمايلت       #           على هضيم الكشح رياالمخلخل
مهفهفة بياء غير مفاضة               #           ترائبهامصقولة كالسجنجل
وجيد كجيد الرئم ليس بفاحش        #            إزهي نصته ولا بمتعطل
وفرع يزين المتن أسود فاحم         #            أنيث كقنو النخلة المتعثكل

“Ketika kami berdua telah lewat dari perkampungan, dan sampai ditempat yang aman dari intaian orang kampung.
“Maka kutarik kepalanya sehingga ia (Unaizah) dapat melekatkan dirinya kepadaku seperti pohon yang lunak.”
“Wanita itu langsing, perutnya ramping, dan dadanya putih bagaikan kaca.”
“Lehernya panjang seperti leher Kijang, jika dipanjangkan tidak bercacat sedikitpun, karena lehernya dienuhi kalung permata.”
“Rambutnya yang panjang dan hitam bila terurai di bahunya bagaikan mayang korma.”

2. Zaman Permulaan Islam

Pada periode ini muncul dua jenis prosa yang populer, yaitu khutbah dan kitabah rasail. Jenis prosa ini bertemakan dakwah islam. Sementara itu jenis-jenis puisi pada zaman jahiliyah seperti al-wasf, ghazal, ritsa, madah dan hija masih ditulis namun lebih syar’i. Artinya tema-tema tersebut mengalami perubahan yakni lebih menggambarkan tentang suatu keindahan, akhlak manusia, dan segala hal yang berhubungan dengan agama.

Jadi jika pada zaman Jahiliyyah ghazal menggambarkan tentang wanita yang dideskripsikan sisi negatifnya. Akan tetapi pada zaman permulaan Islam temanya menjadi menceritakan tentang akhlak wanita yang mulia.

3. Zaman Bani Umayyah

Periode ini dimulai dari berdirinya Bani Umayah hingga akhir kedaulatannya Bani Umayah. Pada Zaman ini, tema-tema puisi pada zaman sebelumnya juga masih berkembang. Tapi ada juga yang mengalami perubahan seperti tema Al-Ghazal. 

Pada zaman ini, tema ghazal terbagi dua: Pertama,ghazal ‘udzri, yaitu ghazal yang menggambarkan perasaan seseorang terhadap kekasihnya. Seperti puisi-puisinya Kutsair bin Abdul Rahman al-Khazaniy, Jamil bin Abdullah bin Mu’Ammar al-Udzri, Qays bin al-Mulawwih bin Mazahimi al-‘Amiriy – yang terkenal dengan Layla wa Majnun. Kedua,ghazal maksuf, yaitu ghazal yang menggambarkan tubuh wanita serta keindahan-keindahannya. Seperti puisinya Abdullah bin Abi Rabiah al-Makhzumi, Abdullah bin Umar bin Amru bin Affan.

4. Zaman Bani Abbasiyah

Kedudukan puisi pada zaman ini mencapai puncak perkembangannya atau disebut juga sebagai zaman keemasannya. Hal ini dikarenakan perubahan dan perkembangan dalam bidang sosial, politik, ekonomi, dan peradaban atau tamadun. Tema-tema pada zaman ini terbagi menjadi dua kategori, yaitu tema-tema lama dan tema-tema baru. Tema-tema lama mendapatkan pengaruh dari zaman awal Islam dan zaman Umayyah. Salah satu tema lama yang masih ada pada zaman Abbasiah adalah ghazal.

Puisi ini terkenal dengan tema kehidupan mewah yang mana mendorong para penyair untuk hidup berfoya-foya. Disamping itu terdapat banyak “jariah” (hamba wanita) yang cantik untuk hiburan para pengunjung tempat-tempat hiburan. Oleh karenanya banyak menyebarnya puisi ghazal yang berbentuk tidak sopan dan menonjolkan ciri-ciri seks dalam puisi-puisi ghazal. Berikut ini adalah puisi Ibn al-Rumi yang memuja salah seorang biduwanita yang terkenal : 


يا خليلى تيمتنى وحيد. ففلؤادى بها معنى عميد  (1

غادة زانها من الغصن قد. ومن الظبى مقلتان وحيد  (2

وزهاها من فرعها ومن الخد. ين ذالك السواد و التوريد  (3

أوقد الحسن نارة في وحيد. فوق خد ما شانه تخديد  (4

فهى برد بخدها وسلام. وهى العاشقين جهد جهيد  (5

Yang berarti :
1) Duhai temanku, hatiku telah ditawan oleh “Wahid” dan aku telah dibelunggu oleh cintaku.
2) Gadis ayu, tubuhnya lebih lentur daripada dahan kayu, mata lehernya menyerupai kecantikan mata dan leher kijang.
3) Rambutnya hitam mayang, pipinya bak warna mawar kesegaran.
4) Kecantikan telah menyarlah sinarnya di wajah “Wahid” dan tidak ada cacat cela padanya.
5) Wajahnya lenbut damai. Bagi kekasih yang memendam kasih padanya membawa derita lara.

Pada zaman ini terdapat juga ghazal yang memuja lelaki serta menggambarkan ketampanan wajahnya. Hal ini muncul karena terjadinya kerenggangan terhadap ajaran agama dan keruntuhan moral dalam masyarakat. Timbulnya hal ini disebabkan adanya pertemuan kebudayaan Arab dengan kebudayaan asing, serta meresap dalam masyarakat Abbasiah. Berikut adalah puisi ciptaan penyair Abu Nawas.

يا خليلى تيمتنى وحيد. ففلؤادى بها معنى عميد  (1
غادة زانها من الغصن قد. ومن الظبى مقلتان وحيد  (2
وزهاها من فرعها ومن الخد. ين ذالك السواد و التوريد  (3
أوقد الحسن نارة في وحيد. فوق خد ما شانه تخديد  (4
فهى برد بخدها وسلام. وهى العاشقين جهد جهيد  (5


Yang berarti :
1) Duhai temanku, hatiku telah ditawan oleh “Wahid” dan aku telah dibelunggu oleh cintaku.
2) Gadis ayu, tubuhnya lebih lentur daripada dahan kayu, mata lehernya menyerupai kecantikan mata dan leher kijang.
3) Rambutnya hitam mayang, pipinya bak warna mawar kesegaran.
4) Kecantikan telah menyarlah sinarnya di wajah “Wahid” dan tidak ada cacat cela padanya.
5) Wajahnya lenbut damai. Bagi kekasih yang memendam kasih padanya membawa derita lara.

Selain ghazal lelaki, muncul pula puisi yang mengungkapkan kecintaan penyair kepada ilmu pengetahuan. Khalifah Abdul Malik adalah contohnya. Beliau sangat mencintai ilmu Tatkala beliau membaca kitab suci al-Qur’an, seorang utusan datang memberitahu bahwa dia diangkat menjadi khalifah. Kitab suci Al-Quran ditutup oleh beliau dan menyesali betapa pengabdiannya kepada ilmu segera berakhir. Ia lantas tak sadarkan diri. Setelah sadar dia pun menulis sajak yang artinya:


Sungguh sejenak saja aku hidup dalam waktu

Dan dunia harus kukusai dengan pedang tajam

Secepat kilat lenyap pula kebanggaan lamaku

Luluh dalam timbunan peristiwa yang silam
Sungguh bahagia andai dapat kucurahkan diriku
Untuk ilmu walaupun hanya sesaat
Tak dimabuk kenikmatan duniawi yang menyenangkan
Hidup sebagai faqir dengan dua helai kain lusuh
Bersahaja dan seadanya tida berlebihan
Begitu selamanya hingga akhirnya masuk ke liang kubur.

Sajak ini mencerminkan betapa beratnya memagang tampuk pemerintahan, sedankan dia lebih mencintai ilmu pengetahuan dibanding kedudukan yang tinggi.



 

© 2013 Rinnaza.id. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top