Kamis, 03 November 2016

Ghazal, Syair Cinta Yang Kian Terlupakan [Part 2]

00.37

Ghazal, Syair Cinta Yang Kian Terlupakan [Part 1]

Setelah mengetahui pengertian, karakteristik, dan sejarah syair ghazal. Lalu bagaimana perkembangan ghazal di Indonesia? Adakah syair ghazal juga sampai di Indonesia?

Berikut penjelasannya ...

E. Sejarah dan Perkembangan Ghazal di Indonesia

Kemunculan ghazal di Indonesia dimulai saat kerajaan Islam pertama di Nusantara yakni kerajaan Samudera Pasai menjalin hubungan perdagangan yang erat dengan bangsa Parsi (Persia). Jejak pengaruh Parsi di kerajaan Samudera Pasai dapat terlihat pada epigraf yang amat menarik di Samudera Pasai berupa sebuah puisi yang di tulis dalam bahasa Parsi. Puisi ini berbentuk ghazal terpahat pada nisan yang terbuat dari batu pualam kepunyaan Na’ina Husam al-Din yang berpulang ke rahmatullah pada tahun 1420 M. Nisannya itu di hiasi dengan ornamen dedaunan dan bunga – bungaan yang amat indah. Puisi yang terukir pada makam itu adalah karya seorang penyair besar Persia yang termasyur yaitu Shaikh Muslih al-Din Sa’di ( 1133-1292 ), lahir di Shiraz dan di kebumikan di Saadiya, Iran.

Sejarah dan perkembangan sastra Indonesia (Nusantara) lama ini sudah dimulai sejak abad ke-16 di zaman Hamzah Fansuri, Nurrudin Arraniri, Syamsuddin-Al Sumatrani, hingga periode para wali di Jawa yang banyak menghasilkan suluk sebagai pengaruh budaya Islam. Namun, di Jawa jauh sebelum Islam masuk pun sudah memiliki karya sastra kakawin yang mendapat pengaruh dari India. Kesusastraan asing yang paling berpengaruh dalam kesusastraan Indonesia lama adalah kesusastraan Arab dan Parsi (Persia) sebagaimana sudah disebutkan di atas. Jejaknya itu dapat kita baca pada naskah-naskah lama yang ditulis dalam aksara Arab Melayu dan tersebar luas hingga ke seluruh wilayah Nusantara.  Karya-karya sastra dari Arab dan Parsi ini sangat banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu serta meninggalkan bentuk hikayat, syair, gazal, rubai, gurindam,  masnawi, dan barzanzi dalam khazanah sastra Indonesia lama.

Adapun ciri-ciri ghazal di Indonesia terdiri atas delapan baris. Tiap baris terdiri atas 20 atau 22 suku kata. Tiap kalimat berkata akhir sama dan berima pada kata yang kedua dari belakang. Isinya masalah kebenaran yang tinggi.

Contoh :

Kekasihku seperti nyawa pun adalah terkasih dan mulia juga
Dan nyawaku pun, mana daripada nyawa itu jauh ia juga
Jika seribu tahun lamanya pun hidup ada sia-sia juga.
Hanya jika pada nyawa itu hampir dengan sedia suka juga
Nyawa itu yang menghidupkan senantiasa nyawa manusia juga.
Dan menghilangkan cintanya pun itu kekasihku yang setia juga
Kekasihku itu yang mengenak hatiku dengan rahasia juga,
Bukhari yang ada serta nyawa itu ialah berbahagia juga

Contoh lainnya :

Maka kusalinlah garis-garis hujan

Ke dalam baris syair, ghazal hujan
Engkau yang riang menyanyikan dingin
mengulang refrain, hingga tinggal hujan
Engkau yang muram mengurung murung
merintih nafas, lalu suara sengal hujan
Diujung setiap gerimis, siulan angin
siapa hati kanak tak mengigal hujan
Buah buah jatuh, lebah kupu meneduh
dalam genang kenang, sepenggal hujan
Jiwaku, ada yang tak pernah basah padamu
sejak berjejal tak terurai dalam sesal hujan


Adapun pada masa modern ini, jenis puisi ghazal sudah berkurang peminatnya dan tidak diberikan perhatian khusus oleh masyarakat. Sedangkan ghazal masih sangat digandrungi dan berkembang pesat di negara tetangga kita yaitu Malaisya. Sehingga masyarakat peminat dan penikmat jenis karya sastra klasik ini mempunyai komunitas yang diberi nama ghazal parti dan ghazal johor.

Berdasarkan penjelasan di atas tradisi berpuisi bangsa Arab mempunyai akar historis yang panjang. Tradisi puisi pada masa jahiliah adalah embrio berkembangnya sastra Arab hususnya genre yang berjenis puisi yang merupakan cerminan orisinilitas pemikiran bangsa arab juga menjadi cerminan kehidupan mereka. Sangat jelas bahwa tradisi berpuisi masyarakat jahiliah terutama syair muallaqot merupakan titik tolak majunya peradaban bangsa arab yang akan maju pesat dan menjadi sumaber peradaban dunia pada abad pertengahan saat bersentuhan dengan islam. Sehingga salah satu sastra Arab berjenis ghazal tersebut sampai ke Indonesia melalui bangsa Parsi/Persia. Ghazal yang mempunyai tema universal yaitu tentang cinta dan wanita dapat selalu ada dalam tiap masa dan berkembang sesuai dengan masa yang dimasukinya. Ghazal yang merupakan salah satu jenis puisi peninggalan Parsi ini seyoyganya dapat terus dikembangkan dan dibudayakan oleh bangsa Indonesia dengan sentuhan nilai keislaman serta jauh dari nilai negative yang selalu melekat pada tema cinta dan wanita yang dimilikinya.

Sumber Rujukan Artikel Bagian 1 dan 2 :

https://adammakarim.wordpress.com/timur-tengah/ 
https://en.wikipedia.org/wiki/Ghazal
http://ghazal-smp2252.blogspot.co.id/2010/09/perkembangan-ghazal.html
http://www.horisononline.or.id/esai/pengaruh-kesusasteraan-asing-dalam-kesusastraan-indonesia.pdf
http://samudra-sastra.blogspot.co.id/2013/01/sejarah-sastra-arab.html

Written by

Hai Good People, semoga postingannya bermanfaat dan bisa menambah wawasan kamu. Jangan lupa tinggalkan jejak kamu dengan klik tanda suka atau dengan komentar. Jika ingin mengcopy-paste harap sertakan link dan nama blog ini. Salam sastrawan.

0 komentar:

Posting Komentar

 

© 2013 Rinnaza.id. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top