Selasa, 01 November 2016

Potret Sang Orator Ulung Arab Jahiliyah, Qus bin Sa'idah Al-Iyyadi

19.49

Image result for orator zaman jahiliyah
Ilustrasi

Bangsa Arab Jahiliyah adalah bangsa yang sangat senang terhadap syair. Karena itu, mereka memandang para penyair sebagai orang yang memiliki kedudukan penting dalam masyarakat. Para penyair Arab Jahiliyah sangat pandai menggubah kata-kata hingga membentuk sebuah syair yang indah dan bermakna dalam, didukung oleh bahasa mereka (bahasa arab) yang mempunyai keindahan struktur yang khas, dan secara mengagumkan dapat mengungkapkan kata-katanya dengan kalimat yang pendek, tajam, dan epigramatik (bermakna dalam).
Salah satu penyair ternama pada masa arab jahiliyyah adalah Qus Bin Saa’idah Al-Iyyadi yang digelari sang orator ulung arab jahiliyyah oleh sebagian ahli sastra arab. Ini disebabkan Qus tidak hanya mahir menggubah sebuah syair menjadi indah  namun juga ahli dalam berorasi secara selektif, sehingga kesan yang ditimbulkan sangat kuat, jauh dari kesalahan dan senda gurau. Selain itu beliau juga merupakan sosok yang dikagumi khutbah/orasinya oleh Nabi Muhammad Shollalallahu’alaihwasallam. 

A. Potret Seorang Qus bin Sa'idah Al-Iyyadi
Nama Lengkapnya Qus bin Saa’idah bin Khudzafah bin Zuhair Ibn Iyyad bin Nizaral-Iyyadi. Ia Meninggal sekitar tahun 600 Masehi (± 23 SH). Ia berasal dari qabilah Iyad yaitu salah satu qabilah Arab yang menetap di tanah Irak, yang setia kepada Kaisar. Ia adalah salah seorang uskup dari Najran, ada yang mengatakan dia adalah peramal dan dukun yang terkenal dari orang Arab sebelum Islam masuk. 
Ahmad Amin berpendapat bahwa Ibnu Saa’idah beragama Nashrani, dalam sebuah buku “antara malal dan nahl” menuliskan bahwa "dia (Qus Bin Saa’idah Al-Iyyadi) percaya pada Tauhid dan percaya pada hari hisab". Al-Tabari meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad pernah bersabda: "Allah memberkahi Qus! aku tidak mengharapkan hari kiamat dengan mengirimkan umat seorang diri”. Pada suatu ketika ia datang kepada Kaisar, kemudian Ia memuliakannya akan tetapi Ia berpaling dan sekedar beribadah kepada Allah kemudian Qus mengatakan bahwa agama ayahnya adalah (agama) Ismail bin Ibrahim.

B. Karakteristik Syair dan Khutbah 
Selain dikenal sebagai seorang penyair, Qus bin Saa’idah Al-Iyyadi juga sering menyampaikan khutbah kepada masyarakat arab jahiliyah. Adapun karakteristik atau ciri dari syair dan khutbah beliau antara lain :
1. Kata-kata yang digunakan dalam berkhutbah sangat selektif, sehingga kesan yang ditimbulkan sangat jauh dan kuat, yaitu jauh dari kesalahan dan senda gurau.
2. Saja' (prosa bersajak dalam bahasa Arab), mempunyai pharase-pharase yang pendek dan selalu muncul secara spontan dalam setiap khutbah atau orasinya.
3. Setiap katanya banyak mengandung hikmah dan nasihat-nasihat yang baik.

C. Gelar Sang Orator Ulung Arab Jahiliyah 

Di jazirah Arab, sebelum Islam datang, kefasihan berorasi dianggap sebagai anugerah yang besar, hanya setingkat di bawah kemampuan bersyair. Pada awalnya seorang orator mendapatkan penghormatan yang lebih rendah dari seorang penyair. Namun, setelah para penyair merendahkan diri mereka dengan menerima upah dan pemberian untuk tulisan dan puisinya, tingkatan orator naik mengalahkan penyair.
Nama-nama sejumlah orator Arab sebelum kedatangan Islam telah disampaikan pada kita oleh para sejarawan dan berbagai literatur. Adi bin Zayd al-Abadi, Khuwaylid bin Amr al-Ghatfani, al-Usyara bin Jabir, Ka’ab bin Luwayy, Ibnu Ammar al-Tayi, Arm bin al-Ahtamm al –Minqari, al-Zibriqan  bin Badr, dan Suhayl bin Arm al-Qarasyi adalah beberapa nama orator yang disebutkan oleh al-Jahiz dalam bukunya, Al-Bayan Wa Al-Tabyin. Salah satu orator ternama adalah Quss bin Saa’idah Al-Iyyadi.

Qus bin Saa’idah Al-Iyyadi merupakan seorang orator ulung Arab Jahiliyyah dan menjadi idola dalam ke-balaghah-an orasinya, kata-katanya banyak mengandung hikmat dan nasehat-nasehat yang baik. ia menganut kepercayaan tauhid dan beriman kepada hari kebangkitan. Ia menyeru masyarakatnya untuk menghentikan penyembahan terhadap berhala, dan berusaha membimbing mereka untuk menyembah kepada Yang Maha Pencipta (al-Khalik). Dia mengorasikan hal itu kepada masyarakatnya dalam berbagai acara dan pada musim-musim pasaran.
Beberapa orasinya, setidaknya beberapa bagiannya, telah diabadikan oleh beberapa penulis Arab. Orasi-orasinya menggambarkan model seni berpidato pada masa Arab pra-Islam dan memberikan kita gambaran atas orasi-orasi terbaik dari orator-orator Arab pra-Islam, serta gambaran atas gaya dan metodenya dalam memperlakukan topic utama pembicaraan.
Sebagian ahli sastra Arab menyatakan bahwa Qus bin Sa'idah al-Iyyadi adalah orator pertama yang berorasi di tempat yang tinggi, orator pertama yang mengatakan dalam orasinya kata-kata "amma ba'du" (kemudian dari itu/selanjutnya), dan orator pertama yang berorasi sambil bertelekan (memegang) pedang dan tongkat.

D. Kedudukan Beliau dalam Masyarakat Jahiliyah
Masyarakat banyak yang datang kepadanya untuk meminta pengadilan dan penyelesaian terhadap sebuah permasalahan, dan beliau pun mampu mengadili mereka dengan pemikiran yang jernih dan keputusan yang tepat. Beliau adalah orang pertama yang mengatakan bahwa :

"Pembuktian atas orang yang mendakwa dan sumpah atas orang yang mengingkari"

Beliau pernah menjadi duta yang diutus kepada Kaisar Romawi. Pada suatu ketika Kaisar Romawi bertanya kepadanya :
Kaisar : Akal apakah yang paling mulia?
Beliau : Akal yang membuat seseorang dapat mengenali dirinya
Kaisar : Ilmu apakah yang paling utama?
Beliau : Ilmu yang dapat membuat seseorang melindungi dirinya
Kaisar : Sifat apakah yang paling mulia dari seorang ksatria?
Beliau : Seorang ksatria akan mampu mengendalikan air mukanya (ekspresinya)
Kaisar : Harta apakah yang paling mulia?
Beliau : Harta yang dapat membuat seseorang dapat menyelesaikan hak-haknya.

E. Kekaguman Rasulullah SAW Terhadap Beliau
Sebelum Nabi Muhammad Shollallahu’alaihwasallam diutus menjadi seorang Rasul, beliau pernah mendengar Qus berorasi dipasar Ukaz di atas unta yang berwarna kelabu. Beliau Saw begitu mengagumi keindahan kata-katanya dan mengagumi kelurusannya serta memujinya. Qus berusia panjang dan meninggal menjelang Nabi Muhammad Saw diutus menjadi Rasul. Dalam sebuah riwayat dinyatakan, bahwa Rasulullah Shollallahu‘alaih wasallam pernah kagum kepada khutbah yang pernah disampaikan oleh Qus bin Saa’idah al-Iyâdi.
Kekaguman ini beliau sampaikan pada saat menerima utusan dari Bani Iyyâd. Al-Jahiz mencatat, bahwa kesaksian itu bermula ketika nabi melihat dan mendengarkan khutbah Qus bin Saa’idah Al-Iyyadi di pasar Ukaz. Sebagaimana yang terdapat dalam kitab Shubhi al-A'sya (1: 212), seperti yang terdapat di bawah ini :

أيها الناس, أسمعوا وعوا, من عاش مات, ومن مات فات, وكل ما هو آت آت, ليل داج, ونهار ساج, وسماء ذات أبراجو ونجوم تزهر, وبحار تزحر, وجبال مرساة, وأرض مدحاة, وأنهار مجراة, إن فى السماء لخبرا, وإن فى الأرض لعبرا, ما بال الناس يذهبون ولا يرجعون؟ أرضوا فأقاموا؟ أم تركوا فناموا؟ يقسم قس بالله قسما لا إثم فيه: إن لله دينا هو أرضى لكم وأفضل من دينكم الذى أنتم عليه. إنكم لتأتون من منكرا". 

Artinya :
"Wahai segenap manusia dengarlah dan sadarlah. Sesungguhnya orang yang hidup itu akan mati. Orang yang mati itu telah berlalu. Segala yang akan datang itu pasti datang. Malam yang gelap gulita, siang yang terang benderang, langit yang berhias bintang-bintang. Bintang gemintang yang berkelap-kelip, lautan yang bergelombang, gunung-gunung yang menjulang tinggi, bumi yang menghampar, dan sungai-sungai yang mengalir. Sesungguhnya di langit itu ada kabar berita, dan di bumi itu penuh dengan pengajaran. Bagaimanakah gerangan berita tentang orang-orang yang telah pergi dan tak kembali? Adakah gerangan karena mereka suka dan mereka menetap di sana? Qus bersumpah demi Allah, suatu sumpah yang tidak mengandung dosa : Sesungguhnya Allah memiliki agama yang lebih disukai-Nya buat kalian, dan lebih utama daripada agama yang kalian jalani. Sesungguhnya kalian benar-benar mendatangkan urusan yang mungkar (yang tidak disukai Allah SWT)."

Diriwayatkan pula bahwa setelah berorasi itu, beliau mendendangkan sya'irnya :

فى الذاهبـين الأوليـ  ¤  من القرون لنا بصائر
لما رأيـت مـواردا  ¤  للموت ليس لها مصادر
ورأيت قومى نحوهـا  ¤  تمض: الأكابر والأصاغر
لا يرجع المـاضى إلى  ¤  ولا من الباقين غـابر
أيقنت أنى لا محــا  ¤  لة حيث صار القوم صائر
Artinya :
"Pada orang-orang terdahulu yang telah berlalu pergi berabad-abad silam, kita mendapatkan berbagai pelajaran"
"Ketika kulihat mereka beramai-ramai, menuju telaga kematian yang tidak dapat dihindari"
"Dan kulihat kaumku pun menuju ke arah sana dengan tak peduli, mereka yang tua renta maupun yang muda belia"
"Yang telah berlalu dan tak akan kembali lagi kepadaku, dan sementara mereka yang masih tersisa tak akan pernah tetap berada"
"Aku pun yakin bahwa tak ayal lagi aku pun pasti berlalu pergi, menuju tempat kemana kaumku pergi"

Selain itu, masih ada beberapa khutbah (pidato) Qus Bin Saa’idah Al-Iyyadi yang menginspirasi Nabi Muhammad Shollallahu’alaihwasallam, berikut beberapa diantaranya :

1. Khutbah Satu
“Di dalam hal-hal berikut ini terdapat tanda-tanda yang pasti (tidak diperdebatkan lagi), yakni: hujan dan tetumbuhan, para bapak dan para ibu, setiap yang pergi (meninggal) dan yang datang (lahir), bintang gemintang yang bergerak dan lautan yang tak dapat diselami, atap yang tinggi (langit) dan tempat tinggal yang telah tersedia (bumi), malam yang gelap dan langit yang memiliki gugusan bintang. Mengapa ini terjadi, bahwa aku melihat manusia mati dan tidak kembali? Apakah mereka merasa betah sehingga mereka tinggal di sana selamanya, atau apakah mereka tertawan hingga jatuh tertidur?” 

2. Khutbah Dua
“Wahai orang-orang Iyyad! Di manakah gerangan kaum Tsamud dan Ad? Di manakah para bapak dan moyang? Di manakah kebaikan yang tidak disyukuri; di manakah kezaliman yang tidak ditentang? Quss bersumpah dengan nama Allah, bahwa Allah memiliki suatu agama yang lebih diridhai oleh-Nya ketimbang agama kalian sekarang ini.”

Demikianlah sekilas potret kehidupan Qus bin Sa'idah Al-Iyyadi, seorang orator ulung yang khutbahnya banyak dikagumi oleh Baginda Rasulullah SAW. Semasa hidupnya beliau telah banya memberi manfaat lewat berbagai khutbah dan sya'irnya yang sarat akan hikmat dan nasehat-nasehat yang baik. Meskipun agama Islam belum ada kala itu, beliau menganut kepercayaan tauhid dan beriman kepada hari kebangkitan, sebuah risalah yang disebarkan oleh Nabi Ismail As., dan tak hanya itu beliau juga aktif menyeru kepada masyarakat jahiliyah untuk menyembah kepada Yang Maha Pencinpta (Al-Khaliq). Diriwayatkan beliau berusia panjang dan meninggal menjelang Nabi Muhammad SAW diutus menjadi Rasul.

Referensi :

Ahmad Hasan Az-Ziyaat, Tarikh Al-Adab Al-Araby. (Qahirah: DaarNahdah Mishr Li-Thabi’ Wan Nasyr)

Haeruddin S,S.2011.Kesusastraan Arab 1.Lembaga Kajian Dan Pengembangan  Pendidikan.Universitas Hasanuddin : Makassar.

JahidzBayan wa al-tabyin, Maktabah Al-Khaniji, Kairo.


Written by

Hai Good People, semoga postingannya bermanfaat dan bisa menambah wawasan kamu. Jangan lupa tinggalkan jejak kamu dengan klik tanda suka atau dengan komentar. Jika ingin mengcopy-paste harap sertakan link dan nama blog ini. Salam sastrawan.

1 komentar:

 

© 2013 Rinnaza.id. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top