Kamis, 03 November 2016

Ghazal, Syair Cinta Yang Kian Terlupakan [Part 1]

00.10

Image result for ghazal syair cinta



Kuatnya tradisi bersyair bangsa arab jahiliyah digambarkan oleh Syukri Fhaisol yang mengatakan bahwa syair bangsa Arab hampir menguasai pembendaharaan bentuk ungkapan di berbagai bidang sehingga muncul berbagai macam jenis syair diantaranya adalah al-ghazal atau tasybih. Al-Ghazal atau tasybih adalah jenis puisi yang didalamnya berisi tentang ungkapan cinta bagi sang kekasih biasanya menyebutkan tentang wanita dan kecantikannya serta hal-hal yang berhubungan dengan kisah percintaan mereka. Namun, seiring perkembangan zaman jenis syair ini pun mengalami perubahan. Oleh sebab itu, pemakalah tertarik untuk menjelaskan sejarah dan perkembangan al-ghazal.

A. Pengertian Ghazal

Ghazal adalah salah satu jenis syair yang muncul pada zaman Arab Jahiliyah. Jenis puisi ini berisi tentang ungkapan cinta bagi sang kekasih biasanya menyebutkan tentang wanita dan kecantikannya bahkan tempat tinggalnya atau pun segala sesuatu yang berhubungan dengan kisah percintaan mereka.

B. Karakteristik 

Secara umum ghazal mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Terdiri dari 3 baris atau lebih
2. Berirama/ berqafiyah
3. Bertemakan keindahan wanita, cinta, ataupun nafsu.

C. Tokoh Ghazal 

Umrul Qais dianggap orang pertama yang menciptakan cara menarik perhatian dengan jalan istiqhafus sohby (cara mengajak orang untuk berhenti pada puing runtuhan bekas rumah kekasihnya sekedar untuk mengenangkan masa cinta). Memang cara ini sangat menarik sekali bila digunakan dalam syair ghazal (merayu wanita) dan cara seperti ini adalah suatu cara yang amat disenangi para penyair Arab dalam membuka setiap Qashidahnya untuk perhatian orang.

Umrul Qais juga dianggap sebagai seorang penyair pertama dalam mensiasati kecantikan seorang wanita dengan mengumpamakannya dengan seekor kijang yang panjang lehernya, karena wanita yang panjang lehernya menandakan sebagai seorang wanita yang cantik.

D. Perkembangan Ghazal

1. Zaman Arab Jahiliyah

Pada zaman Jahiliyah ada 8 tema puisi yang digunakan, salah satunya adalah ghazal. Pada jahiliyah puisi ini banyak bertemakan tentang wanita. Pada puisi ini yang digambarkan pada seorang wanita adalah wajah, rambut, mata, tubuh, dan bagian lain yang merupakan suatu keindahan dari wanita tersebut. Diantara penyair ghazal pada zaman ini adalah Umrul Qais yang menggambarkan kecantikan seorang wanita yakni kekasihnya Unaizah.





فلما أجزنا ساحة الحى وانتحى       #            بنا بطن خبت زي حقاف عقنقل
هصرت بفودى رأسها فتمايلت       #           على هضيم الكشح رياالمخلخل
مهفهفة بياء غير مفاضة               #           ترائبهامصقولة كالسجنجل
وجيد كجيد الرئم ليس بفاحش        #            إزهي نصته ولا بمتعطل
وفرع يزين المتن أسود فاحم         #            أنيث كقنو النخلة المتعثكل

“Ketika kami berdua telah lewat dari perkampungan, dan sampai ditempat yang aman dari intaian orang kampung.
“Maka kutarik kepalanya sehingga ia (Unaizah) dapat melekatkan dirinya kepadaku seperti pohon yang lunak.”
“Wanita itu langsing, perutnya ramping, dan dadanya putih bagaikan kaca.”
“Lehernya panjang seperti leher Kijang, jika dipanjangkan tidak bercacat sedikitpun, karena lehernya dienuhi kalung permata.”
“Rambutnya yang panjang dan hitam bila terurai di bahunya bagaikan mayang korma.”

2. Zaman Permulaan Islam

Pada periode ini muncul dua jenis prosa yang populer, yaitu khutbah dan kitabah rasail. Jenis prosa ini bertemakan dakwah islam. Sementara itu jenis-jenis puisi pada zaman jahiliyah seperti al-wasf, ghazal, ritsa, madah dan hija masih ditulis namun lebih syar’i. Artinya tema-tema tersebut mengalami perubahan yakni lebih menggambarkan tentang suatu keindahan, akhlak manusia, dan segala hal yang berhubungan dengan agama.

Jadi jika pada zaman Jahiliyyah ghazal menggambarkan tentang wanita yang dideskripsikan sisi negatifnya. Akan tetapi pada zaman permulaan Islam temanya menjadi menceritakan tentang akhlak wanita yang mulia.

3. Zaman Bani Umayyah

Periode ini dimulai dari berdirinya Bani Umayah hingga akhir kedaulatannya Bani Umayah. Pada Zaman ini, tema-tema puisi pada zaman sebelumnya juga masih berkembang. Tapi ada juga yang mengalami perubahan seperti tema Al-Ghazal. 

Pada zaman ini, tema ghazal terbagi dua: Pertama,ghazal ‘udzri, yaitu ghazal yang menggambarkan perasaan seseorang terhadap kekasihnya. Seperti puisi-puisinya Kutsair bin Abdul Rahman al-Khazaniy, Jamil bin Abdullah bin Mu’Ammar al-Udzri, Qays bin al-Mulawwih bin Mazahimi al-‘Amiriy – yang terkenal dengan Layla wa Majnun. Kedua,ghazal maksuf, yaitu ghazal yang menggambarkan tubuh wanita serta keindahan-keindahannya. Seperti puisinya Abdullah bin Abi Rabiah al-Makhzumi, Abdullah bin Umar bin Amru bin Affan.

4. Zaman Bani Abbasiyah

Kedudukan puisi pada zaman ini mencapai puncak perkembangannya atau disebut juga sebagai zaman keemasannya. Hal ini dikarenakan perubahan dan perkembangan dalam bidang sosial, politik, ekonomi, dan peradaban atau tamadun. Tema-tema pada zaman ini terbagi menjadi dua kategori, yaitu tema-tema lama dan tema-tema baru. Tema-tema lama mendapatkan pengaruh dari zaman awal Islam dan zaman Umayyah. Salah satu tema lama yang masih ada pada zaman Abbasiah adalah ghazal.

Puisi ini terkenal dengan tema kehidupan mewah yang mana mendorong para penyair untuk hidup berfoya-foya. Disamping itu terdapat banyak “jariah” (hamba wanita) yang cantik untuk hiburan para pengunjung tempat-tempat hiburan. Oleh karenanya banyak menyebarnya puisi ghazal yang berbentuk tidak sopan dan menonjolkan ciri-ciri seks dalam puisi-puisi ghazal. Berikut ini adalah puisi Ibn al-Rumi yang memuja salah seorang biduwanita yang terkenal : 


يا خليلى تيمتنى وحيد. ففلؤادى بها معنى عميد  (1

غادة زانها من الغصن قد. ومن الظبى مقلتان وحيد  (2

وزهاها من فرعها ومن الخد. ين ذالك السواد و التوريد  (3

أوقد الحسن نارة في وحيد. فوق خد ما شانه تخديد  (4

فهى برد بخدها وسلام. وهى العاشقين جهد جهيد  (5

Yang berarti :
1) Duhai temanku, hatiku telah ditawan oleh “Wahid” dan aku telah dibelunggu oleh cintaku.
2) Gadis ayu, tubuhnya lebih lentur daripada dahan kayu, mata lehernya menyerupai kecantikan mata dan leher kijang.
3) Rambutnya hitam mayang, pipinya bak warna mawar kesegaran.
4) Kecantikan telah menyarlah sinarnya di wajah “Wahid” dan tidak ada cacat cela padanya.
5) Wajahnya lenbut damai. Bagi kekasih yang memendam kasih padanya membawa derita lara.

Pada zaman ini terdapat juga ghazal yang memuja lelaki serta menggambarkan ketampanan wajahnya. Hal ini muncul karena terjadinya kerenggangan terhadap ajaran agama dan keruntuhan moral dalam masyarakat. Timbulnya hal ini disebabkan adanya pertemuan kebudayaan Arab dengan kebudayaan asing, serta meresap dalam masyarakat Abbasiah. Berikut adalah puisi ciptaan penyair Abu Nawas.

يا خليلى تيمتنى وحيد. ففلؤادى بها معنى عميد  (1
غادة زانها من الغصن قد. ومن الظبى مقلتان وحيد  (2
وزهاها من فرعها ومن الخد. ين ذالك السواد و التوريد  (3
أوقد الحسن نارة في وحيد. فوق خد ما شانه تخديد  (4
فهى برد بخدها وسلام. وهى العاشقين جهد جهيد  (5


Yang berarti :
1) Duhai temanku, hatiku telah ditawan oleh “Wahid” dan aku telah dibelunggu oleh cintaku.
2) Gadis ayu, tubuhnya lebih lentur daripada dahan kayu, mata lehernya menyerupai kecantikan mata dan leher kijang.
3) Rambutnya hitam mayang, pipinya bak warna mawar kesegaran.
4) Kecantikan telah menyarlah sinarnya di wajah “Wahid” dan tidak ada cacat cela padanya.
5) Wajahnya lenbut damai. Bagi kekasih yang memendam kasih padanya membawa derita lara.

Selain ghazal lelaki, muncul pula puisi yang mengungkapkan kecintaan penyair kepada ilmu pengetahuan. Khalifah Abdul Malik adalah contohnya. Beliau sangat mencintai ilmu Tatkala beliau membaca kitab suci al-Qur’an, seorang utusan datang memberitahu bahwa dia diangkat menjadi khalifah. Kitab suci Al-Quran ditutup oleh beliau dan menyesali betapa pengabdiannya kepada ilmu segera berakhir. Ia lantas tak sadarkan diri. Setelah sadar dia pun menulis sajak yang artinya:


Sungguh sejenak saja aku hidup dalam waktu

Dan dunia harus kukusai dengan pedang tajam

Secepat kilat lenyap pula kebanggaan lamaku

Luluh dalam timbunan peristiwa yang silam
Sungguh bahagia andai dapat kucurahkan diriku
Untuk ilmu walaupun hanya sesaat
Tak dimabuk kenikmatan duniawi yang menyenangkan
Hidup sebagai faqir dengan dua helai kain lusuh
Bersahaja dan seadanya tida berlebihan
Begitu selamanya hingga akhirnya masuk ke liang kubur.

Sajak ini mencerminkan betapa beratnya memagang tampuk pemerintahan, sedankan dia lebih mencintai ilmu pengetahuan dibanding kedudukan yang tinggi.



Written by

Hai Good People, semoga postingannya bermanfaat dan bisa menambah wawasan kamu. Jangan lupa tinggalkan jejak kamu dengan klik tanda suka atau dengan komentar. Jika ingin mengcopy-paste harap sertakan link dan nama blog ini. Salam sastrawan.

1 komentar:

  1. Ya khalili itu apa bukan syairnya ibnu rumi? Mohon maaf bila salah 🙏

    BalasHapus

 

© 2013 Rinnaza.id. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top